Kanalberita.id, Baturaja—Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten OKU Ahmad Azhar SSTP MM menghadiri Seminar tentang Memajukan pendidikan anak usia dini.

Ahmad Azhar kepada awak media Senin ( 16/6/2025) menejlaskan seminar sehari yang mengambil tema “Memajukan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Inklusif” dipusatkan di Hotel Grand Tjokro, Jalan Cihampelas Bandung.

Penyelenggara seminar adalah SEAMEO CECCEP bekerja sama dengan SEAMEO SEN dan Hiroshima University. Seminar pendidikan anak usia dini ini menghadirkan 4 nara sumber masing-masing, Prof. Norimune Kawai, Guru Besar Universitas Hiroshima, Ahli dalam pendidikan inklusif dan pendidikan khusus, dengan pengalaman luas dalam kolaborasi pendidikan internasional. Kemudian Madam Jamilah Kadir – Direktur SEAMEO SEN, Advokat utama untuk kebijakan dan praktik pendidikan inklusif di Asia Tenggara. Selanjutnya Tolhas Damanik, M.Ed. – Direktur Eksekutif Yayasan Wahana Inklusif Indonesia, Advokat dan ahli pendidikan inklusif yang memimpin inisiatif dalam hak-hak penyandang disabilitas, pengembangan sekolah inklusif, dan pelatihan pendidik di seluruh Indonesia. Serta Suhendri, PhD – Wakil Direktur Administrasi SEAMEO CECCEP, Peneliti dalam pengembangan anak usia dini dan pendidikan berbasis kesetaraan.
Dikatakan nara sumber, pendidikan inklusif tidak hanya instruksi kebijakan, itu adalah sebuah keharusan moral dan pedagogis yang mengakui hak setiap anak untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam pendidikan berkualitas sejak dini. Pada masa kanak-kanak, inklusif melibatkan lebih dari sekedar akses, itu berarti lingkungan dimana semua anak anak tidak dihormati dari kebutuhan khusus, latar belakang, kemampuan, atau perasaan budaya yang dilihat, dihormati dan diberdayakan untuk belajar dan tumbuh.
Ketika keragaman di komunitas kita terus meningkat, pengaturan pembelajaran awal harus menjadi ruang yang mencerminkan, merayakan, dan menanggapi keragaman ini. Pendidik memainkan peran penting dalam membentuk lingkungan ini, melalui strategi pengajaran yang disengaja, pemilihan kurikulum, dan refleksi yang berkelanjutan tentang bias dan kesetaraan.
Seminar sehari ini mengambil tema, “Memajukan pendidikan anak usia dini yang inklusif” akan menyatukan para pendidik, peneliti, pembuat kebijakan, pemangku kepentingan untuk berbagi wawasan, membahas tantangan, dan bersama sama menciptakan solusi praktis untuk praktek inklusif diawal awal tahun. Sebagai gambaran dari pengalaman regional dan internasional, seminar ini akan menawarkan fondasi teoritis dan alat yang dapat ditindaklanjuti untuk membangun ruang kelas yang inklusif, empati, dan berbudaya.
Lebih jauh nara sumber menjelaskan, dalam memajukan pendidikan usia dini yang inklusif juga agar menyiapkan lankah-langkah , Pendagogi inklusif di tahun tahun awal : prinsip dan praktek, Mendesain lingkungan belajar awal yg responsif secara budaya, Strategi untuk mendukung anak anak berkebutuhan khusus di pengaturan prasekolah, Peran keluarga dan masyarakat dalam pendidikan awal inklusif, Kerangka kerja kebijakan untuk memajukan pembelajaran awal yang inklusif di Asia Tenggara, . Memanfaatkan praktik baik global dan regional di ECE inklusif, Intervensi awal dan sistem pendukung dalam pengaturan inklusif, Kepemimpinan dan pemerintahan dalam mempromosikan anak usia dini yang inklusif.
Tujuan dari seminar ini untuk mempromosikan praktik pendidikan inklusi yg memastikan semua anak merasa dihargai, dihormati, dan didukung di lingkungan belajar. Untuk mengeksplorasi strategi untuk mengintegrasikan keragaman, keadilan dan empati kedalam pengajaran dan kurikulum anak usia dini. Untuk memperkuat kapasitas pendidik dan pemangku kepentingan untuk menciptakan bias, yang responsif secara budaya. (edo)







