Setiap pagi di akhir pekan, Taman Kota Metro berubah menjadi pusat aktivitas masyarakat. Tak hanya dipadati oleh warga yang jogging mengelilingi taman, tetapi juga oleh para fotografer yang memburu momen indah dengan kamera profesional mereka. Fenomena ini berkembang menjadi tren yang viral di kalangan warga, khususnya anak muda, yang disebut sebagai budaya “FOMO jogging” – Fear of Missing Out, alias takut ketinggalan tren gaya hidup sehat dan eksis di media sosial.
Taman Kota Metro yang asri dan rindang kini menjadi latar favorit untuk berbagai kegiatan, mulai dari olahraga ringan hingga sesi pemotretan dadakan. Semangat warga Metro ini juga ditunjang oleh peningkatan fasilitas taman seperti jalur jogging, tempat duduk estetik, dan penataan lanskap yang instagramable.
“Setiap Sabtu dan Minggu saya jogging di sini. Awalnya cuma biar sehat, tapi lama-lama keterusan karena semua teman-teman juga di sini. Seru banget, kita bisa olahraga sambil ketemu banyak orang,” ujar Laras Ayu (24), warga Metro Timur yang mengaku rutin jogging sejak awal 2024.
Selain pelari, para pedagang pun turut merasakan berkah dari ramai dan viralnya Taman Kota Metro.
“Sekarang kalau Sabtu-Minggu bisa habis 3 termos kopi dan 100 tusuk sate telur. Anak-anak muda banyak yang jajan habis olahraga,” kata Pak Tamin (52), pedagang kaki lima yang sudah 7 tahun berjualan di dekat pintu masuk taman.
Yang menarik, suasana pagi di taman ini semakin meriah dengan kehadiran komunitas fotografer. Mereka tak hanya mengabadikan lanskap taman, tetapi juga memotret aktivitas para pengunjung. Ada yang sekadar latihan, ada pula yang membuka jasa foto dadakan.
“Kalau pagi, pencahayaannya bagus banget buat street photography. Banyak ekspresi natural dari orang-orang yang jogging atau ngobrol santai. Kadang kita juga dapat klien dadakan yang minta foto buat konten Instagram mereka,” ujar Reza Firmansyah (29), fotografer dari Komunitas Shutter Metro.
Tren ini juga mendorong munculnya interaksi antar kelompok yang sebelumnya jarang bersinggungan — antara pelari, pedagang, hingga fotografer.
“Kadang malah seru, habis jogging terus difoto, terus beli kopi. Jadi semua saling dukung. Metro makin hidup, apalagi kalau bisa terus dijaga kebersihannya,” tambah Laras sambil tersenyum.
Dengan meningkatnya aktivitas di Taman Kota Metro, Pemerintah Kota Metro pun menyatakan dukungannya dan berencana menambah fasilitas publik seperti tempat air minum gratis, spot foto resmi, dan penambahan pencahayaan malam.
Budaya jogging dan fotografi ini membuktikan bahwa ruang terbuka publik bukan hanya sekadar tempat rekreasi, tapi juga ruang sosial yang dinamis. Kota Metro tampaknya sedang menikmati babak baru dalam gaya hidup warganya — sehat, kreatif, dan tetap eksis. (Dedi)*